watch sexy videos at nza-vids!

Free JavaScripts provided
by The JavaScript Source

Klien Langganan


Cerita ini aku karang karena aku menginginkan diperkosa oleh laki-laki, yang tentu saja berkontol gedhe. Tapi kalau nama dan daerah yang aku ambil sebagai aktor cerita ini memang orangnya mendukung banget dengan keseharian mereka.
Pembaca, sering aku berjalan di Tunjungan Plaza Surabaya sambil mencoba menggoda libido laki-laki yang aku anggap sesuai dengan seleraku tetapi tetap dengan penampilan yang santun dan enggak norak lho! tapi mereka cuma balik menggodaku itu saja huuh!

Diperkosa..??? pengiiin…!!!

Tapi kalau yang diperkosa orang lain yang masih perawan apalagi masih anak kecil, aku paling tidak setuju!!

Kembali ke ceritaku……..
Tadi sore kira-kira pk.15.15 Wib saat aku sedang berada di dalam tempat kerjaku (aku bekerja di salah satu BPR di Surabaya) aku memiliki ruangan tersendiri karena tugasku yang tidak memungkinkan jika bergabung dengan rekan kerja lainnya.

Yayuk sekretaris ku memanggilku lewat Intercome mengatakan bahwa seseorang yang ada janji dengan ku mau menghadap, sejenak aku teringat pada seorang laki-laki yang telp dan mengaku membutuhkan dana untuk mengikuti tender sebuah proyek di daerah Sidoarjo, dia mengatakan akan menjaminkan apa saja agar mendapat persetujuanku.
“Orangnya cakep Bu” kata Yayuk (sekertarisku) sambil tertawa.
“Hus ! Nanti aja! Ya sudah suruh masuk” kataku sambil membayangkan seperti apa laki-laki yang akan segera menemuiku. terdengar ketokan pintu dan akhirnya pintu dibuka oleh Yayuk sambil mempersilahkan laki-laki itu masuk.
“Mbak Dewi?” katanya sambil menyapa.
“Saya Ardi yang kemarin menelpon mbak” katanya bersambung.
“O.. ya silahkan duduk” kataku sambil mempersilahkan duduk di sofa yang memang diperuntukkan bagi calon pemohon dana dalam jumlah besar dan harus ada pembicaraan yang sangat mendalam termasuk seluk beluk data pribadinya, cukup ngotot dan tetap menatangku apa saja agunannya asal aku minta pasti akan dia penuhi, culup lama aku bertanya soal pekerjaan dan data perusahaan.
Lumayan cakep dan tubuhnya “waow” cukup atletis tinggi besar dan yang penting perangkat di bawah perutnya itu cukup menonjol.

“Tunggu sebentar Mas, aku mau kebelakang” kataku menahan sesuatu, entah kenapa aku tiba-tiba kebelet pipis setelah melirik dan membayangkan isi didalam celananya.
“Silahkan mbak, dari pada pipis disini saya yang bingung nanti” katanya sambil tersenyum nakal.
“Maunya mas tuh!” kataku sambil melesat kedalam kamar kecil yang memang di ruang kerjaku tersedia di dalamnya. Aku langsung jongkok dan che… ezz !! (mungkin pembaca bertanya kenapa kok langsung ceeess kan pakai rok sedikit diatas lutut dan karena memang aku jarang sekali memakai CD, itupun karena aku merasa kurang nyaman dan merasa pengap pada tempikku).

Saat membersihkan tempik, itilku tersentuh tangan kurasakan ada rangsangan yang menggelitik sesaat aku permainkan dengan telunjuk (pembaca, aku sering melakukan “ini” saat tidak ada kerjaan yang mendesak untuk kukerjakan sampai terengah-engah sampai mendapatkan orgasme).

Oh ya namaku Dewi S, umurku sendiri baru 32th dan kehidupan sex ku biasa (bisa dibilang jarang) saja kadang malah membosankan, mungkin karena suamiku umurnya 15th di atasku. Kadang-kadang aku membayangkan tubuh seorang laki-laki atau anak buahku (office boy) umurnya baru 20th yang berbadan tegap sering pula dia kusuruh mengepel lantai dan ketika dia mengepel dibawahku kurenggangkan pahaku agar dia melihat, setelah dia melihat aku memperhatikan gerak-geriknya namun meskipun aku terangsang aku masih berusaha seolah apa yang kulakukan tak ku sengaja, setelah dia keluar akupun langsung mengunci pintu dan masturbasi sepuas mungkin.

Tiba-tiba pintu kamar kecil di belakangku terbuka lebar dan kulihat Ardi sudah berdiri sambil tersenyum melihat apa yang kulakukan.

“Lagi sibuk mbak? mau dibantu?” entah sudah berapa lama dia berdiri disitu tapi yang pasti dia sudah menurunkan celana kainnya itu.
“Mas jangan kurang ajar ya!” kata ku setengah menghadik dan mencoba mengembalikan wibawaku yang sempat anjlok gara-gara apa yang kulakukan diketahuinya.
“Sudahlah mbak Dewi cuma aku yang tahu kok!” katanya sambil matanya melihat apa di balik rok yang masih belum kuangkat, saat aku akan membetulkan rok ku Ardi sudah mendekapku dari belakang.
“Lepaskan!” teriakku.
“Lepas mas, aku sudah punya suami…” aku kembali berteriak memohon agar dilepaskan, tapi tangannya terlalu kuat mendekapku dan kurasakan tonjolan di bawah perutnya digesek-gesekkan ke pantatku.

“Tenang mbak Dewi aku tahu apa yang kamu inginkan…! Nikmati saja yang akan kamu alami” bibirnya dekat sekali dengan telingaku dan kurasakan pula dengusan nafasnya pada leherku.
“Tolong…. jangan…!” dengan sisa kekuatanku aku kembali berteriak, namun apa guna ruangan kerjaku memang ber-AC dan berkeliling sekat kaca sementara suasana di luar sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan besar dan Ardi pun mengetahui secara pasti kondisi ini.

Kini yang kurasakan tangan nya sudah meraba susuku dengan gemas dan akupun menggelinjang geli sementara rok dan CD yang kukenakan masih berada di bawah lututku, tanpa kusadari aku membiarkan apa yang dilakukannya pada tubuhku dalam hati aku berteriak dan teringat pada suamiku, sementara tubuhku berkata lain. Dan Ardi sangat mengetahui perubahan perlawananku akhirnya dengan sedikit paksaan tubuhku dibimbingnya keluar dari kamar kecil itu dan bergerak ke arah sofa ruang tamu.

“Tuh kan… dari pada bermain sendiri lebih naik sama Ardi, mbak” katanya dengan tenang seolah memintaku agar memperbolehkanya bertindak lebih jauh.

“Eehh…” itulah kata yang akhirnya keluar dari mulutku saat jarinya mempermainkan tonjolan diatas tempikku, aku sudah membayangkan apa yang akan segera aku dapat. aku sudah tak memperdulikan bahwa aku akan diperkosa tapi aku sedang menunggu sebuah kenikmatan yang datang tanpa aku cari.

“Mbak butuh ini kan” katanya sambil menuntun tangan kiriku kearah selakangnya.
“Ya ampun” kontol laki-laki ini sudah mulai menegang dan cukup besar, aku membayangkan kontol milik suamiku sementara yang aku pegang ini terasa lebih besar dan panjang, tanpa pikir panjang aku urut kontol dalam genggamanku ini dan terasa semakin membesar.

“Gimana mbak ?… uuhh..” tanya Ardi sambil melenguh menikmati urutan tangan ku pada kontolnya.

Tak kujawab pertanyaannya karena aku sedang merasakan menikmati tangan kanan Ardi pada sela-sela tempikku yang sudah mulai membasah tanda aku telah terangsang. Sebetulnya kali ini aku sudah bebas dari cengkramannya namun aku tak mencoba untuk melepaskan diri darinya namun aku malah menunggu apa lagi yang akan diperbuat Ardi pada tubuhku.

Dengan lembut pemerkosa ini merebahkan tubuhku diatas sofa, Saat ini Ardi sudah mulai mengetahui bahwa aku sudah terangsang.

“Kulit mbak mulus dan menggairahkan bikin kontolku tambah ngaceng” katanya sambil memasukkan telunjuknya pada pada lobang tempikku.

“Aa… ach… kamu… auh…” aku merasa sensasi yang berbeda walaupun aku sendiri sering memasukkan jari tangan pada tempikku.

Ardi mulai melucuti seluruh pakaianku mulai dari CD sampai blouse dan rok yang aku kenakan walau sedikit kasar tapi malah membuat aku semakin terangsang dan mengocok kontolnya lebih cepat.

“Mas… aku sudah.. ohhh.. punya suami.. aaah…” kataku tak jelas apa yang aku maksud.
“Tangan… mu.. ooh.. teerus.. mbak Dew.. ahh…” katanya sambil tangan kirinya mencoba melucuti BH doreng yang ku pakai.
“Waow…” katanya sambil mencucup puting susuku dan…
“Och… eeehh… ya… aa… aah” kata-kataku mulai kacau dan menikmati jilatan Ardi pada susuku.

Tiba-tiba Ardi merubah posisi tubuhnya diatas tubuhku dan mulutnya mulai turun kearah bawah perutku.

“Tempik mbak kenyal dan enak..” mulutnya sudah sibuk menjilati tempik serta itilku.
“Uuu.. hhaa….. mas… aa… aayoooo…!” kataku memohon agar kontolnya segera menyusul mengkorek-korek lobang tempikku, dan memang Ardi langsung mengangkat kedua kakiku kekedua pundaknya dan menyodorkan kontolnya kedepan tempikku yang sudah menganga meminta diisi, sadar kontol gede ini akan memberiku kenikmatan segera kutarik pantat Ardi dengan kedua tanganku agar kontol gede ini memperlihatkan kebolehannya, dengan sekali sentak.

“Uu… uh.. kontol kamu…. ge.. due.. mas… aahh..” aku histeris karena baru kali ini aku merasakan kontol segede milik Ardi, sementara Ardi mulai memaju mundurkan kontol besarnya itu aku merasakan sesuatu yang besar sedang bergerak keluar masuk di dalam tempikku, terasa penuh seluruh rongga tempikku, yah sesuatu yang selama ini hanya aku bayangkan dan aku lihat saja di Film Blue.

Alam pikirku sudah tak mempedulikan suasana dan kondisi ruangan kerjaku, paling-paling Yayuk saat ini sedang menikmati suara kenikmatan yang keluar dari mulutku melalui intercom yang sengaja aku angkat handlenya (Yayuk memang sekretaris yang paling suka mendengarkan dan menonton film BF serta sering mendengarkan suara desahan ku saat aku sedang mengoral suamiku di kantor).

Seolah mendapatkan kontol idaman aku pun menjerit nikmat.
“Tempik.. m.. bak.. enaa.. aak” katanya sedikit bergetar. Memang meskipun sudah bersuami aku yakin kalau tempikku masih keset mungkin karena kontol suamiku yang kurang besar atau kontol Ardi yang memang gedhe.

“Oo… aack… sentak… mas…” kataku agar dia lebih keras menyentakkan sodokannya, saat Ardi mulai mempercepat gerakannya dan kali ini aku pun mencoba mengimbangi goyangannya dengan menyambut gerakan maju-mundur sodokannya yang memang dahsyat.

Entah berapa lama dan berapa posisi kami merasakan kenikmatan kontol dan tempik ini, tapi aku tidak merasa bersalah sama sekali, tak ingat lagi kontol kecil milik suamiku, ataupun istri laki-laki ini atau mungkin karena pemerkosaku memiliki kontol super enak bagi tempikku.
Akhirnya, dengan posisi berhadapan dan kaki sebelah kiri diangkatnya, sesuatu yang kutunggu keluar juga yah aku orgasme!

“Aarch…….! Kon…. tolmu…. heb…. aaat….!” seluruh organ tubuhku mencengkeram tubuh Ardi termasuk tempikku mencengkram kontolnya lebih kuat, sementara Ardi mengetahui bahwa aku orgasme diapun tersenyum puas dan semakin giat menggenjot tubuhku lebih cepat.

“Aauh…” setiap Ardi menghunjamkan kontolnya pada tempikku.
“Ahh… aku…. kelu….ar mbak” suara Ardi sambil sedikit menggeram.
“Jangan didalam mas!” kataku sedikit berteriak karena Ardi mau keluar segera ku tarik pantatku, ku dorong dia dan kukeluarkan kontol gedhe ini dari dalam tempikku. Segera aku jongkok dihadapannya sambil kukocok kontolnya, tak berapa lama Ardi menegang dan dari kontolnya keluar cairan dengan kenceng.

“Croot… crot… croot…” kuarahkan tembakan pejunya kearah susuku. Akhirnya laki-laki di hadapanku ini melemas dan terduduk di samping tubuhku, kontol gedhe ini masih mengacung meski sudah tak nampak keras lagi.

Setelah berpakaian kami pun terdiam meskipun aku yakin diapun tersenyum puas merasakan tempikku, menyadari posisinya yang membutuhkan persetujuanku.

“Baik mas ini saya setujui tetapi……” kataku terhenti sambil melirik ke arah kontolnya.
“Oh ini mbak beres selama saya membayar cicilan perbulannya saya sempatkan untuk melunasi tempik mbak” katanya sambil mengeluskan tangannya pada tempikku.

Saat ku antar Ardi keluar dari ruanganku kulirik Yayuk, dia tersenyum namun mukanya memerah penuh nafsu dan aku tahu dia baru saja masturbasi sambil mendengar suara di intercome. kudekati dia dan kubisiki, “suatu saat kita kerjain dia berdua ya” kataku sambil kembali ke ruanganku.

Yah, setiap tanggal 12 Ardi datang membayar cicilannya di kasir dia pun melunasi hutangnya pada tempikku yang masih membutuhkan kontol super enak milik Ardi.


TAMAT..

NEW INDOSEX
ARAB TEENS SEX VIDEO
THREESOME Downloads
NEW MIYABI
MOMS AND SON
Disini saya akan mengulas sedikit mengenai pengalaman pribadi saya sendiri, dan hal ini masih menghantui saya sampai cerita ini saya muat. Okey deh, saya perkenalkan diri dulu. Nama saya Bojach, atau biasa dipanggil Jach, tinggi badan 180 cm dengan kulit putih bersih, maklum peranakan atau istilahnya indo. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga miskin, dimana saya sebagai anak sulung yang dapat dikatakan lain dari adik-adik saya.

Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi anaknya. Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah, dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia.

Sesampainya di Indonesia dia langsung mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo.

Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya, kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya. Saya bekerja di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta. Dan untung saja 3 orang masuk UI dan 2 orang masuk IPB, maka dengan mudah saya bayar uang semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos, dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya.

Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta. Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Boyke atau suami Tante Linda ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah Tante Linda sendirian di rumah.

Tante Linda telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Linda apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.

Tiba-tiba Tante Linda memanggil, "Jach.. Jach.. Jach.. tolong dong..!"
Saya menyahut panggilannya, "Ada apaan Tante..?"
"Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!"
Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Linda.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan.
Terus Tante Linda menawarkan saya minum kopi, "Nih.., biar hangat..!"
Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor.
Saya jawab, "Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah.." sambil saya melangkah ke rumah samping.
Saya mengontrak rumah petak Tante Linda persis di samping rumahnya.

Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Linda dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi, Tante Linda juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Linda menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Linda sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.

Sewaktu Tante Linda meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya.

Tante Linda memulai pembicaraan, "Giman Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng Tante."
"Ah.. nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita." kata saya mencoba memberikan penjelasan.
"Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,"
"Rupanya Tante Linda tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana."
"Oh.. jadi kamu sendiri dong di rumah..?"
"Iya Tante.." jawab saya dengan santai.

Terus saya tanya, "Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?"
"Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung." jelasnya.

Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Linda sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak. Tante Linda tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya.

Sudah setengah jam lebih kurang Tante Linda ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.
"Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Linda sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?" kata saya dalam hati.
Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Linda dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya.

Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Linda biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Linda untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.
"Tan.. Tan.."
Dengan bermalas-malas Tante Linda mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Linda menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Linda.
"Tan.. Tan.."

Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Linda bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.
"Aduh gimana ini..?" gumam saya dalam hati, "Gimana nantinya ini..?"
Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya. Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya.

Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Linda tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Linda mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.
"Tante Linda cantik udah ngantuk ya..? Mmuahh..!" saya kecup bibirnya dengan lembut.
Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga.

Tante Linda membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal.
"Ahk.. ahk..!" dengan sedikit tergesa-gesa Tante Linda sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.
"Ahkk.. ah..!" nikmatnya tidak tergambarkan, "Ahkk..!"

Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Linda sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.
"Akh.. akh.. hus..!" desahnya.
Tante Linda sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi.

30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami. Tanpa saya perintah, Tante Linda merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya.
"Akh.. huss.. ahk..!" sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.
"Akh.. akh..!" dengan sedikit dorongan, "Bless.. ss..!" masuk semuanya batang kejantanan saya.

Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Linda menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.
"Akh.. uh.. terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh.. blesset.. plup.. kcok.. ckock.. plup.. blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!"
"Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!"
Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya.

Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Linda teriak, "Akh..!"
Bersamaan kami meledak, "Crot.. crot.. crot..!" begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.
Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu.

Tante Linda kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Linda langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Linda mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya.
"Akh.. huss..!" seperti kepedasan Tante Linda dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"Blesset.. crup.. crup.. clup.. clopp..!" suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya.

30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Linda orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.
"Crot.., crot..!" meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Linda masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, "Akh..!"
Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Linda tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya. Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh.

Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya. Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya.

3 bulan kemudian Tante Linda hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun. Tapi entah kenapa, Tante Linda tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami.

Tamat